TUGAS 3 – SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

“Pekerjaan yang ingin dicapai setelah Lulus Kuliah”

Pertanyaan yang akan selalu didengar oleh mahasiswa tingkat akhir seperti yang sekrang saya jalani. Tentu saja pertanyaan ini tidak mudah untuk kita jawab. Masih ada kebingungan setelah lulus apa yang ingin dikerjakan? Lanjut kerja kah, atau mengambil S2 kah atau bahkan langsung menikah? Setiap orang punya keputusannya sendiri-sendiri tentunya.

Dahulu saat SMA saya sudah tertarik dengan bidang psikologi. Sering mengikuti seminar-seminar mengenai psikologi diberbagai tempat. Menurut saya menjadi psikolog itu hal yang keren, karena melihat psikolog-psikolog yang wara-wiri di televisi selalu memiliki image yang baik, good looking, tenang, beribawa dan mengayomi. Saya ingin menjadi salah satu sepeti mereka yang mungkin bisa saja muncul di televisi. Pada saat itu saya suka melihat kak Seto yang sering muncul di televisi. Selain kak Seto,ada  juga idola saya yaitu ibu Rose Mini atau yang lebih dikenal dengan panggilan bunda Romi. Sosok keibuan dengan kelemah lembutan beliau yang membuat saya kagum terhadapnya. Bawaan yang tenang dan kalem tetap menunjukkan dirinya yang penuh wibawa dan smart tentunya. Pada saat itu saya masih belia, kurang lebih masih duduk di Sekolah Dasar. Saya suka melihat acara ajang lomba menyanyi yang disebut Akademi Fantasi. Karena setiap peserta AFI ini di haruskan dikarantina tentu memiliki tekanan yang berbeda-beda dan beliau ini (ibu Romi) yang menjadi psikolog di AFI. Beliau sering menasehati dan menguatkan setiap peserta dengan kelembutan dan sifat keibuannya. Mulai dari situ lah saya suka dengan ibu Romi ini, namun saat itu saya terlalu belia untuk mengenal apa itu psikologi. Sewaktu saya beranjak dewasa saya mencoba mencari tahu tentang ibu Romi ini yang ternyata merupakan staff pengajar aktif di bagian Psikologi Pendidikan, dan sekarang beliau juga sedang menjabat sebagai Ketua Program Studi Terapan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Beliau juga aktif sebagai pemilik ESSA Consulting yang bergerak dibidang pelayanan Psikologi Organisasi dan Pendidikan. Selain itu, beliau juga menjadi pemilik dari sekolah Taman Kreativitas Anak Indonesia. Beliau lah yang menjadi inspirasi saya.

Seiring dengan berjalannya waktu saya pun mengerti tentang psikologi dan seorang psikologi tak harus menjadi psikolog, namun banyak pekerjaan yang bisa di lakukan dengan latarbelakang psikologi salah satunya HRD. Mungkin untuk orang yang menyukai pekerjaan didalam ruangan cocok dengan HRD ini, dan saya juga tipe-tipe yang serupa. Dilain sisi saya juga ingin menjadi psikolog-psikolog yang menjadi narasumber untuk berbagai kasus-kasus di negeri ini yang sering muncul di televisi. Saya juga berkeinginan menjadi konsultan di perusahaan BUMN atau di pertamina. Ya itu lah pekerjaan yang ingin saya capai  yang terpenting dapat membahagiakan dan membanggakan kedua orang tua saya. Amin..

Sumber

http://staff.ui.ac.id/romyap

TUGAS 2- SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

John F. Nash mengatakan sistem Informasi adalah kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang bermaksud menata jaringan komunikasi yang penting, proses atas transaksi-transaksi tertentu dan rutin, membantu manajemen dan pemakai intern dan ekstern dan menyediakan dasar pengambilan keputusan yang tepat. Suatu sistem informasi pada dasarnya terbentuk melalui suatu kelompok kegiatan operasi yang tetap, yaitu:

  • Mengumpulkan data
  • Mengelompokkan data
  • Menghitung
  • Menganalisa
  • Menyajikan laporan

Sistem informasi psikologi adalah suatu bidang kajian ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara ilmu psikologi itu sendiri dalam kaitannya dengan penggunaan komputer dan aplikasinya dalam bidang psikologi. Namun sistem informasi psikologi juga dapat diartikan sebagai suatu sistem yang menyediakan informasi-informasi yang berkaitan dengan ilmu psikologi yang dapat dijadikan untuk meningkatkan penguna dalam pengambilan suatu keputusan terhadap penelitian, perencana, dan pengelolaan (dalam Kurniawati, 2005).

Penerapan sistem informasi pada bidang psikologi, diantaranya:

  • Pendidikan dan pelatihan yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi digital maupun elektronik. Beberapa istilah tersebut antara lain : eBooks, e-learning /e-training / e-pedagogy, cyber-caebmpus. E-learning merupakan salah satu media belajar yang mulai diterapkan oleh beberapa institusi pendidikan, yang berguna untukmemudahkan proses belajar.
  • Penerapan teknologi dalam psikologi adalah program SPSS. Program ini memang dibuat untuk membantu berbagai bidang ilmu dalam mempermudah pengembangan ilmu tersebut. Psikologi pun menggunakan aplikasi ini dalam membantu mengolah data. Aplikasi SPSS sangat membantu bidang psikologi ketika seseorang sedang melakukan penelitian di bidang psikologi dengan metode kuantitatif.
  • Konseling yang mengandung makna proses antarpribadi yang berlangsung melalui saluran komunikasi verbal dan nonverbal. Konseling sebagai proses pemberian bantuan kepada klien dilaksanakan melalui berbagai macam layanan, seperti: tatap muka secara langsung dan memenfaatkan media atau teknologi informasi. yang semua itu tujuannya memberikan konseling dengan cara yang menari, interaktif. Tidak terbatas oleh tempat tetapi juga tetap memperhatikan asas-asas dan kode etik.

DAPUS

Susanto, Azhar. 2004. Sistem Informasi Manajemen Konsep dan Pengembangannya. Bandung: Lingga Jati.

http://www.slideshare.net/coryditapratiwi/paper-sippengantar-sistem-informasi-psikologi

Santi(2010). Pengantar sistem informasi. Diakses dari santiw.staff.gunadarma.ac.id/…/files/…Pengantar_Sistem_informasi.doc.

Kurniawati, A. (2005). Sistem informasi.Tersedia:http://ana.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/33562/SISTEM+INFORMASI.

http://www.dosenpendidikan.com/12-pengertian-dan-fungsi-sistem-informasi-menurut-para-ahli/

Tugas 1- SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) yang berarti suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa dibuat.

Menurut Bonnie Soeherman dan Marion Pinontoan (2008), sistem dapat diartikan sebagai serangkaian komponen-komponen yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Al-Bahra Bin Ladjamudin (2005), untuk memahami sistem digunakan dua pendekatan yaitu pendekatan prosedur dan pendekatan komponen/elemen.

  1. Pemahaman sistem dengan pendekatan prosedur yaitu suatu urutan kegiatan yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.
  2. Pemahaman sistem dengan pendekatan elemen yaitu kumpulan komponen yang saling berkaitan dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu

Salah satu contoh sistem informasi yang digunakan dalam bidang sumber daya manusia yakni Human Resources Information System(HRIS). HRIS adalah program aplikasi komputer yang mengorganisir tatakelola dan tatalaksana manajemen SDM di perusahaan guna mendukung proses pengambilan keputusan atau biasa disebut denganDecision Support System dengan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan.

Sistem informasi psikologi adalah suatu bidang kajian ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara ilmu psikologi itu sendiri dalam kaitannya dengan penggunaan komputer dan aplikasinya dalam bidang psikologi. Salah satu contoh aplikasi sistem informasi dalam bidang psikologi ialah konseling yang mengandung makna proses antarpribadi yang berlangsung melalui saluran komunikasi verbal dan nonverbal. Konseling sebagai proses pemberian bantuan kepada klien dilaksanakan melalui berbagai macam layanan, seperti: tatap muka secara langsung dan memenfaatkan media atau teknologi informasi. yang semua itu tujuannya memberikan konseling dengan cara yang menari, interaktif. Tidak terbatas oleh tempat tetapi juga tetap memperhatikan asas-asas dan kode etik.

Al-Bahra bin Ladjamudin. (2005). Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta : Graha Ilmu. Soeherman,

Bonnie & Pinontoan, Marion. (2008). Designing Information System. Jakarta : Elex Media Komputindo.

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem

Anonim.(2010). Sistem informasi. Diakses dari http://apr11-si.comuf.com/SI.pdf. Diakses pada 3 Oktober 2015

Santi(2010). Pengantar sistem informasi.

Tugas Psikometri 3

PROSES THERAPEUTIC

kelompok :

Adilla Prima Insai

R. Ritan Octaviana

1. Gangguan apa yang terjadi pada klien?

Berdasarkan jurnal tersebut, klien adalah pasien dari RSJ Provinsi Riau. Data yang diperoleh dari RSJ Provinsi Riau juga menunjukkan bahwa jumlah pasien rawat inap tiap tahun mengalami peningkatan, sedangkan jumlah pasien rawat jalan cenderung tetap / tidak terlalu banyak berubah. Menurut Kepala Ruangan Kampar RSJ Provinsi Riau, peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa ini disebabkan oleh latar belakang pasien itu sendiri. Hal ini bisa dikarenakan lingkungan tempat tinggal yang tidak baik, kondisi sosial ekonomi yang semakin hari semakin sulit, kondisi keluarga yang tidak harmonis, serta masalah pendidikan yang semakin hari kurang mendapat perhatian

  1. Metode terapeutik apa yang digunakan?

Proses pemulihan pasien gangguan jiwa di RSJ Provinsi Riau biasanya dilakukan dengan dua cara, yaitu terapi medik yang menggunakan obat-obatan dan terapi non medik yang menggunakan komunikasi terapeutik. Komunikasi yang digunakan dalam proses pemulihan dalam dunia kesehatan terutama dalam keperawatan jiwa dikenal dengan sebutan Komunikasi Terapeutik. Komunikasi terapeutik merupakan hal yang utama dalam perawatan pasien, begitu juga dalam keperawatan jiwa. Dengan adanya komunikasi terapeutik diharapkan dapat membantu memperbaiki masalah yang dialami pasien secara berangsur-angsur.

  1. Apa saja peran dari orang-orang rela merawat, dalam melakukan terapeutik?

Dari contoh kasus yang telah dijabarkan diatas, peran utama tertuju pada perawat yang merawat pasien pada RSJ tersebut. Untuk melakukan komunikasi terapeutik yang efektif perawat harus memiliki keterampilan yang memadai dan memahami dirinya sendiri, sehingga perawat dapat menghadapi dan menghargai keunikan pasien. Dengan cara perawatan yang efektif diharapkan perawat dapat membantu permasalahan yang dihadapi pasien dan permasalahan tersebut berangsur-angsur akan membaik. Setelah membaik dapat kembali kepada kehidupan normalnya.

  1. Hambatan apa yang terjadi dalam melakukannya?

faktor penghambat pelaksanaan komunikasi terapeutik adalah kondisi psikis pasien seperti kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri-sendiri, lalu kondisi perawat yang tidak semua mempunyai keterampilan yang memadai dan memahami dirinya dengan baik dengan harapan perawat dapat menghadapi, mempersepsikan, bereaksi, dan menghargai keunikan pasien. Hambatan lainnya adalah bahasa, dan lingkungan.

  1. Dampak apa saja yang menandakan bahwa klien mengalami pemulihan?

Terjadinya gangguan jiwa ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi diantaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari menjadi terabaikan. Setelah dilakukannya terapi, klien pada RSJ berangsur-angsur mulai dapat percaya dengan orang lain, tidak menghindar dari orang lain lagi.

Dapus:

Syahroza, Afdanisa dan Welly Wirman. KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DALAM PEMULIHAN PASIEN GANGGUAN JIWA JENIS ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI RIAU.

Tugas Psikoterapi 2

adillaprima

Terapi Keluarga

Pengertian Terapi Keluarga

Terapi keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang, memahami perilaku, perkembangan simtom dan cara pemecahannya. Terapi keluarga dapat dilakukan sesama anggota keluarga dan tidak memerlukan orang lain, terapis keluarga mengusahakan supaya keadaan dapat menyesuaikan, terutama pada saat antara yang satu dengan yang lain berbeda. Terapi keluarga juga merupakan cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang, memahami perilaku, perkembangan simtom dan cara pemecahannya. Terapi keluarga dapat dilakukan sesama anggota keluarga dan tidak memerlukan orang lain, terapis keluarga mengusahakan supaya keadaan dapat menyesuaikan, terutama pada saat antara yang satu dengan yang lain berbeda.

Pendapat lain mengatakan terapi keluarga adalah suatu metode terapi dimana anggota keluarga memperoleh pemahaman terhadap permasalahannya, mengembangkan komunikasi, dan meningkatkan fungsi dari setiap individu dalam keluarga. Terapi keluarga menghadirkan suatu bentuk intervensi yang mana anggota keluarga dibantu untuk mengidentifikasi dan merubah masalah maladaptif, menjadi lebih sehat.

Cara Melakukan Terapi Keluarga

  1. Initial interview

Terapis membuat…

Lihat pos aslinya 857 kata lagi

Tugas Psikoterapi 2

Terapi Keluarga

Pengertian Terapi Keluarga

Terapi keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang, memahami perilaku, perkembangan simtom dan cara pemecahannya. Terapi keluarga dapat dilakukan sesama anggota keluarga dan tidak memerlukan orang lain, terapis keluarga mengusahakan supaya keadaan dapat menyesuaikan, terutama pada saat antara yang satu dengan yang lain berbeda. Terapi keluarga juga merupakan cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang, memahami perilaku, perkembangan simtom dan cara pemecahannya. Terapi keluarga dapat dilakukan sesama anggota keluarga dan tidak memerlukan orang lain, terapis keluarga mengusahakan supaya keadaan dapat menyesuaikan, terutama pada saat antara yang satu dengan yang lain berbeda.

Pendapat lain mengatakan terapi keluarga adalah suatu metode terapi dimana anggota keluarga memperoleh pemahaman terhadap permasalahannya, mengembangkan komunikasi, dan meningkatkan fungsi dari setiap individu dalam keluarga. Terapi keluarga menghadirkan suatu bentuk intervensi yang mana anggota keluarga dibantu untuk mengidentifikasi dan merubah masalah maladaptif, menjadi lebih sehat.

Cara Melakukan Terapi Keluarga

1. Initial interview

Terapis membuat kontrak pertemuan dengan keluarga dan mengumpulkan data. Selama tahap ini terapis memfasilitasi proses penentuan masalah yang diidentifikasi oleh keluarga. Proses ini meliputi :

a. Engagement stage :

pertemuan keluarga dan menjelaskan apa yang mereka inginkan

b. Assessment stage :

identifikasi masalah yang menjadi perhatian keluarga

c. Exploration stage :

terapis dan keluarga mengeksplorasi masalah lain yang berkaitan dengan masalah utama

d. Goal-setting stage :

terapis mensistesis semua informasi, dan anggota keluarga menetapkan apa yang ingin mereka ubah

e. Termination stage :

akhir fase initial review, menetapkan kontrak untuk pertemuan berikutnya dan siapa saja anggota keluarga yang harus hadir dalam pertemuan tersebut.

2. Fase Kerja

Tujuan dari fase ini adalah untuk membantu keluarga menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan. Selama fase ini terapis mengidentifikasi kekuatan dan permasalahan keluarga. Kekuatan keluarga berguna dalam membantu keluarga untuk tetap stabil. Biasanya setiap sesi dilakukan 1xseminggu dengan waktu lebih kurang  1 jam.

3. Fase Terminasi

Kadang terminasi dapat terjadi sebelum waktunya. Hal ini biasanya terjadi jika keluarga merasa perubahan yang terjadi mengancam fungsi keluarga yang sudah ada.  Pada keadaan ini terapis harus melakukan review masalah yang telah teridentifikasi dengan keluarga dan menegoisasikan kembali kontrak dan jumlah sesi-sesi keluarga. Jika keluarga sudah mencapai tujuan dan masalah sudah terselesaikan, maka terminasi harus dilakukan.

Manfaat Terapi Keluarga

Manfaat Terapi Keluarga adalah menemukan bahwa masalah yang ada berhubungan dengan keluarganya, kemudian dengan jalan apa dan bagaimana anggota keluarga tersebut ikut berpartisipasi. Ini dibutuhkan untuk menemukan siapa yang sebenarnya terlibat, karenanya perlu bergabung dalam sesi keluarga dalam terapi ini, juga memungkinkan apabila diikutsertakan tetangga, nenek serta kakek, atau keluarga dekat yang berpengaruh.Ada cara tercepat dalam terapi dimana terapis keluarga membuat usaha untuk mempengaruhi seluruh anggota keluarga dengan menunjukan cara dimana mereka berinteraksi dalam sesi keluarga itu. Kemudian, setiap anggota keluarga diminta menyampaikan harapan untuk perkembangan diri mereka sebaik mungkin, umumnya untuk menyampaikan komitmen pada terapis.

Pendapat lain juga mengatakan manfaat konseling keluarga terutama adalah untuk mengerti keluarga penderita gangguan skizofrenia, konseling keluarga dianggap cara baru untuk mengerti dan menangani penderita gangguan mental. Kemudian konseling keluarga tidak hanya berguna untuk menangani individu dalam konteks keluarga, tetapi juga keluarga yang tidak berfungsi baik.

Kasus-kasus yang dapat diselesaikan dengan Terapi Keluarga

Beberapa keadaan dibutuhkannya terapi keluarga, diantaranya:

  1. Masalah yang muncul seperti konflik perkawinan, konflik antara orang tua dan anak, konflik sibling, konflik antar generasi;
  2. Krisis keluarga yang mempengauhi seluruh anggota keluarga;
  3. Berbagai tipe kesulitan dan konflik muncul di antara individu dan anggota keluarga;
  4. Keluarga mengalami masa transisi, misalnya keluarga baru menikah, kelahiran anak pertama, remaja;
  5. Individu dalam terapi tidak mampu menggunakan terapi individu untuk menyelesaikan masalah.

Contoh Kasus

Boby adalah anak tunggal disuatu keluarga. Pada usia 6 tahun ia sering melihat ayahnya memukuli ibunya, ia juga sering melihat orang tuanya bertengkar dan melihat ibunya menangis. Ia tumbuh dari keluarga yang kurang harmonis. Boby pun tidak dididik layaknya anak seusianya yang masih memerlukan didikkan dan perhatian dari oratuanya. Ia dibiarkan tanpa adanya peraturan-peraturan yang berlaku di rumah tersebut, hingga Boby tumbuh menjadi anak yang tak tau tanggung jawab karena ia kurang mengerti mana yang baik untuk dilakukan mana yang tidak baik.

Pada saat remaja, Boby menjadi anak yang suka mencari onar di sekolahnya. Ia suka membolos saat pelajaran, suka tertidur saat guru sedang menjelaskan dan ia juga sering pulang tengah malam bahkan tidak pulang. Namun saat orangtuanya mengetahui hal tersebut, orangtuanya tidak memperikan hukuman atau perlakuan yang tegas agar Boby jera, sehingga Boby mengulangi lagi perbuatan tersebut. Sampai Boby menjadi lebih agresif ia sering terlibat tawuran antar sekolah. Ia pun lambat laun menarik diri dari pergaulannya karena merasa minder dan rendahnya harga diri yang ia miliki akan keluarganya yang tak seharmonis keluarga lainnya. Ia menjadi nakal semata-mata untuk mencari perhatian dari orangtuanya.

Kepada Boby dan keluarga diberikan terapi keluarga. Berikut ini adalah poin‐poin yang disampaikan pada keluarga dalam sesi terapi: Keluarga perlu memperbaiki pola komunikasi antara satu dengan yang lain dan membangun suasan harmonis untuk kebaikan satu sama lain. Orangtua Boby harus mulai merangkul Boby agar Boby tidak merasa sendiri. Keluarga perlu membangkitkan rasa berharga dan bangga terhadap diri pada Boby. Komunikasi dalam keluarga tidak perlu selalu terfokus pada kenakalannya, karena pada kenyataannya Boby nakal semata-mata ingin mencari perhatian keluarganya dan sebagai bentuk ungkapan meluapkan kekecewaannya terhadap masalah di keluarganya. Keluarga juga perlu mengembangkan rasa tanggung jawab pada Boby dengan menegaskan aturan dalam keluarga serta sistem penegakan aturan dijalankan, karena jika tidak maka Bobi akan cenderung berkembang menjadi anak yang manipulatif dan tidak bertanggung jawab baik pada diri sendiri mau pun orang lain. Diberi penjelasan akan pentingnya sekolah dan pentingnya masa depan yang perlu dicapai agar Boby dapat mengembangkan daya juang dan tidak mudah patah semangat dan menarik diri jika segala sesuatu tidak seperti yang diinginkan.

Daftar Pustaka

Becvar, Dorothy S. Becvar, Raphael J. 1976.Family Teraphy ( A systematic Intregation). Adivision of  Simon & Schester, Inc. Needham Height; Massachusetts.

Almasitoh, Hany. 2012. Model Terapi Dalam Keluarga. Jurnal Psikologi.

Trull, T.J., & Prinstein, M.J. (2013). Clinical Psychology 8th Edition. Boston: Wadsworth Cengage Learning.

Ampuni, S., & Andayani, B. (2007). Memahami anak dan remaja dengan kasus mogok kerja: gejala, penyebab, struktur kepribadian, profil keluarga, dan keberhasilan penanganan. Jurnal Psikologi, 34 (1), 55-75.

Anderson, E.T. (2000). Community as partner: theory and practice in nursing. (3rd ed). Philadelphia: Lippincott

Wijayanti, D.Y. (2010). Terapi Keluarga. Diakses tanggal 6 Mei 2015 dari http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:ethprMPTlpcJ:https://macind.files.wordpress.com/2010/12/t

This entry was posted on Mei 11, 2015. 1 Komentar

Tugas Psikoterapi 1

Tugas 1: Psikoterapi

Pengertian psikoterapi. Psikoterapi adalah pengobatan secara psikologis untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu “Psyche” yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan “Therapy” yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran.

Pendekatan dalam psikoterapi

  1. Psychoanalysis & Psychodynamic

Pendekatan ini fokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar. Psychodynamic (Psikodinamik) pertama kali diciptakan oleh Sigmund Feud (1856-1939), seorang neurologist dari Austria. Teori dan praktek psikodinamik sekarang ini sudah dikembangkan dan dimodifikasi sedemikian rupa oleh para murid dan pengikut Freud guna mendapatkan hasil yang lebih efektif.

Tujuan dari metode psikoanalisis dan psikodinamik adalah agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di bawah sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu, klien perlu menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang dialami, maka seseorang bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight” (pemahaman pribadi).

Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan psikodinamik adalah: Ego State Therapy, Part Therapy, Trance Psychotherapy, Free Association, Dream Analysis, Automatic Writing, Ventilation, Catharsis dan lain sebagainya.

Teknik dalam psikoanalisa:

  • Asosiasi Bebas

Klien diminta untuk membebaskan pikiran dan perasaan serta mengucapkan apa saja tanpa editing. Beberapa orang menyebut asosiasi bebas dengan terapi dengan bicara atau katarsis. Tujuan teknik ini untuk mengungkapkan pengalaman masa lalu dan menghentikan emosi-emosi yang berhubungan dengan masa-masa traumatic  masa lalu.

  • Interpretasi atau Penafsiran

Teknik ini digunakan untuk menemukan materi dan menyimpulkan hakikat dibalik pernyataan klien yang tidak disadari, dengan demikian ego klien dapat mencerna materi tersebut melalui pemahaman yang baru dengan penuh kesadaran. Klien diminta untuk melihat kembali pemikiran-pemikiran, perilaku, perasaan dalam bentuk lain untuk mencapai insigh-tnya.

  • Analisis Mimpi

Bagi freud, mimpi merupakan ekspresi simbolik dari kebutuhan-kebutuhan, ketakutan, dan kecemasan.yang tidak disadari. Representasi dari dorongan-dorongan seksual tang tidak terpenuhi, perasaan berdosa atau bentuk penghukuman diri dari super ego.

  • Resistensi

Teknik ini merupakan suatu dinamika yang tidak disadari untuk mempertahankan kecemasan atau keengganan klien untuk mengungkapkan kecemasan dan hal yang menyakitkan pada terapis. Namun yang penting adalah bagaimana terapis dapat menembus pertahanan diri tersebut sehingga diamati, dianalisis, dan ditafsirkan sehingga klien menyadari alas an tibulnya resistensi tersebut.

  • Transferensi

Transferensi atau pengalihan adalah pergeseran arah yang tidak disadari kepada terapis dari orang-orang tertentu dalam masa lalu klien. Dalam teknik ini sering terjadi abreaksi atau pelepasan tegangan emosional. Jadi terapis terkadang menjadi objek respon emosional klien. Adakalanya respons yang positif (ramah, bersahabat, ataupun negative (ketidaksabaran, perlawanan, tidak bersahabat).

  1. Behavior Therapy

Pendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning” atau “associative learning”.

Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Misalnya pada kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa “ketika saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan”.

Tokoh lain dalam pendekatan Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan menghindari hukuman.

Berbagai metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan behavior therapy adalah Exposure and Respon Prevention (ERP), Systematic Desensitization, Behavior Modification, Flooding, Operant Conditioning, Observational Learning, Contingency Management, Matching Law, Habit Reversal Training (HRT) dan lain sebagainya.

Teknik yang biasa digunakan:

  • Desensitisasi Sistematis

Suatu cara yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperbuat secara negatif dengan pemunculan tingkah laku yang berlawanan dengan tingkah laku yang ingin dihapuskan. Teknik ini sangat efektif untuk mengurangi rasa takut atau fobia. Salah satu caranya adalah dengan melatih untuk santai atau rileks dan mengasosiasikan keadaan rileks dengan pengalaman-pengalaman pembangkit kecemasan.

  • Latihan Asertif

Latihan mempertahankan diri akibat perlakuan orang lain yang menimbulkan kecemasan, dengan cara mempertahankan hak dan harga dirinya. Beberapa orang merasa cemas untuk berkata terus terang atau mengatakan “tidak”. Maka cara yang efektif adalah dengan Role Playing.

  • Terapi Aversi

Unruk menghilangkan kebiasaan buruk dengan meningkatkan kepekaan agar klien mengganti respon pada stimulus yang  disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut yang dibarengi dengan stimulus yang merugikan dirinya. Misalnya, klien yang suka mabuk, maka minumannya dicampur dengan obat yang dapar menyebabkan pusing atau muntah.

  • Penghentian Pikiran

Teknik ini efektif untuk klien yang sangat cemas. Caranya klien ditutup matanya lalu diminta untuk membayangkan dan mengatakan sesuatu yang mengganggu dirinya. Misalnya klien mengatakan “saya jahat”, setelah klien mengatakan kata tersebut dengan tiba-tiba terapis berteriak “Berhenti!” dengan lantang, begitu seterusnya. Sehingga pikiran klien tersebut akan digantikan dengan teriakan terapis. Hal tersebut dilakukan sampai klien sendiri bisa menghentikan pikiran tersebut walapun tanpa teriakan dari terapis.

  • Kontrol Diri

Pertemuan yang jarang antara terapis dengan klien, misalnya hanya sekali seminggu akan sangat bermanfaat  bagi klien bila ia dapat mengendalikan atau mengatur perilakunya sendiri, sehingga kemajuan dapat dicapai di luar jam terapi. Klien akan diberi tugas tertentu di luar jam terapi, seperti mencatat diri sendiri (catatan harian pemantauan diri), menentukan tindakan diri sendiri, dan menyusun dorongan diri sendiri.

  1. Cognitive Therapy

Terapi Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tokoh besar dalam cognitive therapy antara lain Albert Ellis dan Aaron Beck.

Tujuan utama dalam pendekatan kognitif adalah mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional. Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan kognitif adalah Collaborative Empiricism, Guided Discovery, Socratic Questioning, Neurolinguistic Programming, Rational Emotive Therapy (RET), Cognitive Shifting. Cognitive Analytic Therapy (CAT)  dan sebagainya.

Teknik dalam pendekatan ini, diantaranya:

  • Teknik kognitif

Teknik ini adalah teknik untuk mengubah cara berfikir klien. Pikiran individu tersebut belum tentu merupakan suatu pemikiran yang objektif mengenai keadaan yang dialami sebenarnya. Teknik ini meliputi pengajaran (menunjukkan betapa tidak logisnya cara berfikir klien sehingga menimbulkan gangguan emosi dan mengajarkan cara berfikir yang lebih positif dan rasional), persuasif (melalui berbagai argumentasi, terapis meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya yang keliru), konfrontasi (menyerang ketidakrasionalan berfikir klien dan membawanya ke arah berfikir yang lebih rasional), dan pemberian tugas (memberi tugas kepada  klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata).

  • Teknik emotif

Teknik yang digunakan untuk mengubah emosi klien. Dalam teknik ini diantaranya role playing, modeling, dan latihan melawan rasa malu.

  • Teknik perilaku

Teknik ini digunakan untuk mengubah tingkah laku klien yang tidak diinginkan. Termasuk didalamnya adalah penerapan reinforcement, social modeling, serta relaksasi.

  1. Humanistic Therapy

Rogers meyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban sendiri atas permasalahannya dan tugas terapis hanya membimbing jawaban yang benar. Pendekatan Humanistic Therapy menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi humanistik, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.

Metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan humanistik adalah Gestalt Therapy, Client Cantered Psychotherapy, Depth Therapy, Sensitivity Training, Family Therapies, Transpersonal Psychotherapy dan Existential Psychotherapy.

Teknik dasar pada pendekatan ini bagi perubahan kepribadian yang optimal:

  • Terapis haruslah seorang yang kongruen dan terintegrasi dalam relasinya. Terapis harus mempu memiliki keberanian untuk menampilkan diri yang asli, jujur, tulus, spontan, terbuka, dan sungguh-sungguh pada klien, sehingga klien merasa diterima sebagai pribadi apa adanya.
  • Adanya pemberian penghargaan positif tanpa syarat oleh terapis pada klien, yang berarti ada sikap menerima, dan perhatian, terhadap permasalahannya yang dialami klien. Penghargaan ini merupakan perwujudan dari kepercayaan dasar, yaitu pada dasarnya dibalik permasalahan termuat banyak kemungkinan positif yang masih tersembunyi. Penghargaan dibutuhkan untuk membangun kehangatan, penuh kasih sayang, dan kondusif bagi peribahan kepribadian klien, serta untuk mengundang klien menerima diri sebagaimana adanya.
  • Terapis memiliki kemampuan untuk memahami secara empatik pengalaman klien. Memahami pada hakekatnya adalah upaya untuk berada pada kondisi yang sama dengan pribadi klien dalam rangka penyadaran dan perubahan pribadi klien. Untuk itu terapis harus mampu masuk dan menembus dunia perasaan klien.

kasus yang dapat ditangani oleh pendekatan-pendekatan di atas

  1. Psikoanalisa

Si A adalah wanita karir berusia 40 tahun. Dia cukup sukses untuk karirnya namun hingga usia 40 tahun ia belum menikah juga. Banyak yang mendekati si A namun si A tidak ada niatan untuk membangun hubungan yang serius dengan lawan jenisnya. Bahkan ia merasa takut jika ada lawan jenisnya mengajaknya berkencan atau mengajaknya menikah. Ia tak mau lawan jenisnya menyentuhnya. Ketika si A datang ke terapis, si A diminta untuk rileks lalu diminta untuk menceritakan semuanya. si A mengungkapkan bahwa ibunya merupakan korban KDRT yang membuat si A trauma akan lawan jenis. Ia takut dengan lelaki karena sewaktu ia kecil ia sering melihat ibunya dipukuli oleh ayahnya. Jadi sewaktu ia dewasa jika ada yang mengajaknya menikah ia merasa takut dan cemas.

  1. Behavior

Si A adalah remaja yang phobia akan cicak. Menurutnya cicak adalah binatang melata yang paling menjijikan dikarenakan sewaktu ia masih kecil dia pernah dijatuhi cicak saat ia sedang tertidur, hal tersebut membuat ia trauma dan merasa jijik sekali dengan cicak. Bahkan melihat mainan cicak saja dia sudah lari ketakutan. Mendengar ada yang menyebutkan cicak saja ia sudah merinding dan ingin pingsan.

  1. Kognitif

A adalah seorang wanita berumur 30-an yang menjalani kehidupan sebagai pegawai sebagaimana biasanya. Namum ketika suatu hari adiknya mengalami kecelakaan ketika ingin menyebrang yang mengakibatkan tangannya patah dan harus diamputasi. A sangat terguncang melihat adiknya yang ceria harus terlihat murung, minder bahkan tak banyak berbicara lagi. Selang dua minggu kemudian A mengalami kecelakaan mobil yang tidak serius, namun anehnya A selalu merasa bahwa tangannya sebelah kirinya tak dapat mengangkat beban berat, makin lemah dan lama-lama tidak dapat gerakkan. A berulang kali memeriksakan kepada dokter, namun dokter mengatakan bahwa dirinya tidak apa-apa. Akhirnya dokter merujuk A ke salah satu psikolog.

  1. Humanistik

Si A merupakan anak pertama dari suatu keluarga. Ia memiliki adik yang selalu menjadi kebanggan dari orang tuanya. Si A adalah karyawan yang teladan ia menjadi kebnggaan dari atasannya, tetapi kalau di rumah adiknya lah yang menjadi ke banggaan orangtuanya. Ia selalu di banding-bandingkan dengan adiknya. Si A pada awalnya merasa biasa saja namun lama-lama ia merasa tersisih dari keluarganya. Semua yang dilakukan adiknya selalu benar dan yang ia lakukan selalu salah. Si A berusaha tetap positif thinking akan adiknya itu namun adiknya selalu mengatakan bahwa si A memang tak mempunyai bakat sehebat adiknya sehingga orangtuanya lebih menyayangi adiknya. Selang beberapa bulan kemudian si A jadi sering pulang malam, bahkan ia tak pernah masuk kerja lagi, lama-lama si A jarang pulang dan tak pernah menyelesaikan tugas-tugas kantornya.

Ulasan atau tangggapan tentang kasus di atas

  1. Contoh kasus No.1 dapat menggunakan pendekatan psikoanalisa karena kecemasan si A disebabkan oleh pengalaman masa lalu. Dimana pendekatan psikoanalisa menekankan bahwa gangguan yang ada disebabkan oleh masa lalu. Tujuan dari metode psikoanalisis dan psikodinamik adalah agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di bawah sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu, klien perlu menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang dialami, maka seseorang bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight” (pemahaman pribadi).
  2. Contoh kasus no 2 dapat menggunakan pendekatan behavioral ( belajar). Dimana klien pertama kali akan di dengarkan sebutan cicak yang mungkin pada awalnya klien merasa lemas dan merinding sampai akhirnya berkurang rasa lemasnya. Lalu bertahap terapis mulai untuk memberi gambar cicak yang mungkin pada awalnya klien akan lari ketakutan tapi terapis coba menenangkan secara pelan-pelan. Gambar awalnya berjarak 3 kaki lalu perlahan didekatkan kepada klien sampai klien merasa tidak takut lagi pada gambar. Lalu selanjutnya diperlihatkan replika cicak dari jarak agak jauh dan perlahan didekatkan pada klien sampai akhirnya klien tidak ketakutan lagi dan seterusnya sampai klien tidak takut lagi akan cicak asli.
  3. Contoh kasus no 3 dapat ditangani dengan pendekatan kognitif, Tujuan utama dalam pendekatan kognitif adalah mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional, karena A meyakini pemikiran yang irasional bahwa tangan sebelah kirinya semakin tak berdaya dan tidak dapat digerakkan. Setelah A bercerita pada terapis, didapat bahwa A menggeneralisasikan kejadian yang dialami adiknya dengan kejadian yang dialaminya, walaupun sebenarnya kecelakaan yang menimpa A tidak seserius. Dalam hal ini terapis harus meluruskan pemikiran A yang irasional menjadi rasional. Pada pertemuan selanjutnya terapis menanyakan apakah tangan klien tidak berfungsi, jika ya, tanyakan kembali tangan sebelah mana yang tidak berfungsi. Terapis mencoba memukul-mukul tangan klien apakah berasa lalu klien disuruh mengangkat barang disuruh menggerakan tangannya sendiri. Selanjutnya terapis harus memberi dorongan pada klien agar klien mau mengangkat barang. Sampai klien mematahkan pemikiran yang irasional tersebut.
  1. Contoh kasus No.3 dapat menggunakan metode humanistik karena pada kasus ini klien cenderung menggunakan pertahanan diri. Ia terus mempress dirinya untuk menerima segala perilaku daari keluarganya yang tidak mendukungnya, ia berusaha bertahan namun ia gagal sehingga terjadi kasus di atas sebagai bentuk dari pemberontakannya. Disini terapis harus bisa masuk ke dalam pengalaman klien dan mencoba mendorong klien untuk menjadi diri sendiri agar klien kembali menjadi dirinya setelah meluapkan apa yang dia rasakan. Maka dari itu terapis akan mendorong klien menemukan perasaan dan diri klien sendiri.

Sumber

Atkinson, Rita L, Richard C. A, Ernest R. H. Pengantar Psikologi: Edisi     Kedelapan. Jakarta: Erlangga

Gunarsa, Singgih D. 2012. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Libri.

Indryawati, Rini. (2005). Terapi Kognitif. Tersedia :      http://indryawati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/21334/Terapi+Kognit if.doc

Fotocopy Handout Psikologi Konseling, Ibu Nurul Qomariyah

Mappiare, Andi. (1992). Pengantar konseling dan psikoterapi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

TUGAS 3 Psikologi Manajemen

1. Peranan Konflik dalam Mengembangkan Manajemen di Perusahaan.

Didalam hubungan komunikasi di suatu lingkungan kerja atau perusahaan konflik antar individu akan sering terjadi. Konflik yang sering terjadi biasanya adalah karena masalah komunikasi yang kurang baik. Sehingga cara mengatasi konflik dalam perusahaan harus benar-benar dipahami management inti dari perusahaan, untuk meminimalisir dampak yang timbul.

Menurut Robbins (1996) dalam “Organization Behavior” menjelaskan bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidak sesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif.

Permasalahan atau konflik yang terjadi antara karyawan atau karyawan dengan atasan yang terjadi karena masalah komunikasi harus di antisipasi dengan baik dan dengan system yang terstruktur. Karena jika masalah komunikasi antara atasan dan bawahan terjadi bisa-bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya mogok kerja, bahkan demo. Sehingga untuk mensiasati masalah ini bisa dilakukan dengan berbagai cara.

Dari pandangan baru dapat kita lihat bahwa pimpinan atau manajer tidak hanya wajib menekan dan memecahkan konflik yang terjadi, tetapi juga wajib untuk mengelola/memanage konflik sehingga aspek-aspek yang membahayakan dapat dihindari dan ditekan seminimal mungkin, dan aspek-aspek yang menguntungkan dikembangkan semaksimal mungkin.

Konflik sendiri tidak selalu harus dihindari karena tidak selalu negatif akibatnya. Berbagai konflik yang ringan dan dapat dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi) dapat berakibat positif bagi mereka yang terlibat maupun bagi organisasi. Robbins (1996) membahas konflik dari segi human relations and interactionist perspective. Dijelaskan bahwa konflik itu adalah hal yang alamiah dan selalu akan terjadi. Konflik merupakan bagian dari pengalaman hubungan antar pribadi (interpersonal experience) Karena itu bisa dihindari maka sebaiknya konflik dikelola dengan efektif, sehingga dapat bermanfaat dan dapat menciptakan perbedaan serta pembaharuan ke arah yang lebih baik dalam organisasi.

Manfaat konflik itu sendiri adalah Konflik membantu memunculkan dan mempertegas persoalan, Konflik memberi kekuatan untuk lebih fokus pada isu-isu dari persoalan, Konflik membantu kita untuk tetap hidup realistis “di dunia nyata” yang tidak sempurna dan Konflik membantu kita untuk belajar dan mengambil manfaat dari berbagai perbedaan.

Pickering (2000 : 3), meringkas beberapa manfaat konflik dalam organisasi sebagai berikut untuk Menambah motivasi kerja, Mempertinggi problem, Kepaduan group, Pencocokan yang real, untuk dapat Menambah skil pengetahuan, Mempertinggi kreatifitas kerja sehingga tidak monoton, Berkontribusi untuk tercapainya tujuan dan Pendorong untuk pertumbuhan.

CONTOH KASUS:

Sekitar 300 pekerja menjadi korban dari kontrak kerja berkepanjangan yang tidak sesuai ketentuan hukum tanpa jaminan kesejahteraan dan keamanan kerja. Dan pada akhirnya, mereka dipecat secara tidak adil. Dari 300 pekerja, karena PT Framas melakukan intimidasi dan tekanan, maka hanya 40 orang pekerja memutuskan untuk memperjuangkan nasib mereka. Para pekerja ini, sebagian besar adalah para pekerja yang tidak berserikat, sebagian lagi merupakan anggota sebuah Serikat Pekerja di PT Framas namun menurut para anggotanya tidak mau memperjuangkan nasib mereka. Proses bipartite dan aksi telah dilakukan oleh para pekerja yang didampingin oleh TURC. Pihak pengusaha secara terang-terang telah mengakui bahwa mereka memang melanggar ketentuan hukum mengenai kontrak namun tidak ada upaya untuk memperbaiki. Dalam aksi tersebut para pekerja menyampaikan tuntutan antara lain, Adidas menekan PT Framas untuk menjamin hak-hak pekerja dan menaati hukum ketenagakerjaan yang berlaku, Mempekerjakan kembali buruh kontrak yang dipecat sebagai pekerja tetap, Keselamatan dan kesehatan di tempat kerja harus dijamin, Menghilangkan praktek union busting yang dilakukan oleh PT Framas

PENYELESAIAN:

Dalam contoh kasus di atas dapat dilihat konflik antara buruh dengan manajemen dari PT Framas. dimana buruh menuntut PT Framas menjamin hak-hak pekerja dan menaati hukum ketenagakerjaan yang berlaku, Mempekerjakan kembali buruh kontrak yang dipecat sebagai pekerja tetap, Keselamatan dan kesehatan di tempat kerja harus dijamin, Menghilangkan praktek union busting yang dilakukan oleh PT Framas. Berdasarkan pada kesimpulan dari contoh kasus diatas pihak pengusaha mengetahui betul atas pelanggran yang telah terjadi namun tak ada upaya untuk memperbaiki pelanggaran tersebut sehingga memicu adanya demo dari para buruh untuk memperjuangkan nasib mereka. Untuk menangani konflik dengan efektif, kita harus mengetahui kemampuan diri sendiri dan juga pihak-pihak yang mempunyai konflik. Ada beberapa cara untuk menangani konflik antara lain dengan Mengevaluasi pihak-pihak yang terlibat. Sangat penting bagi kita untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat. Kita dapat mengidentifikasi kepentingan apa saja yang mereka miliki, bagaimana nilai dan sikap mereka atas konflik tersebut dan apa perasaan mereka atas terjadinya konflik. Kesempatan kita untuk sukses dalam menangani konflik semakin besar jika kita meliha konflik yang terjadi dari semua sudut pandang. Lalu Identifikasi sumber konflik konflik tidak muncul begitu saja. Sumber konflik sebaiknya dapat teridentifikasi sehingga sasaran penanganannya lebih terarah kepada sebab konflik. Untuk kasus di atas telah diketahui sumber konflik tersebut sehingga dapat langsung pada sasaran penangannya. Pihak pengusaha harus dapat bertindak Kompromi tindakan ini dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa kedua hal tersebut sama –sama penting dan hubungan baik menjadi yang uatama. Masing-masing pihak akan mengorbankan sebagian kepentingannya untuk mendapatkan situasi menang-menang (win-win solution)  Jadi pihak pengusaha harus dapat memberikan hak-hak yang sesuai dengan kontrak dari para buruh yang tentunya berserikat buruh (SB) serta memberikan jaminan keselamat dan kesehatan dalam bekerja  agar para buruh terjamin kesejahteraannya. Pada buruh yang diphk harus diberikan pesangon.

2. Peranan Kepemimpinan Untuk Mengatasi Konflik Struktural dan Konflik Fungsi Kerja yang Terjadi di dalam Sebuah Sistem Manajemen di Perkantoran.

Sebuah organisasi tidak akan berjalan dengan baik kalau didalamnya tidak ada pemimpin sebagai orang yang bertanggung jawab atas organisasi tersebut, dan pemimpin itu tidak akan maksimal dalam melaksanakan tugasnya tanpa adanya bawahan (karyawan) yang selalu berinteraksi dan membantunya. adanya pemimpin dan bawahan (karyawan) tersebut adalah suatu bukti bahwa organisasi dan struktur saling berkaitan. Oleh karena itu istilah struktur digunakan dalam artian yang mencangkup: ukuran (organisasi), derajat spesialisasi yang diberikan kepada anggota kepada organisasi, kejelasan jurisdiksi (wilayah kerja), kecocokan antara tujuan anggota kepada organisasi,gaya kepemimpinan, dan sistem imbalan. sebagai tolak ukur, dalam penelitian menunjukan bahwa ukuran organisasi dan derajat spesialisasi merupakan variabel yang mendorong terjadinya konflik struktur. makin besar organisasi, dan makin terspesialisasi kegiatannya, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya konflik. jadi konflik struktural adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidak sesuaian atau perbedaan antara dua pendapat (sudut pandang), baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Namun secara umum konflik Hirarki (struktur) adalah konflik yang terjadi diberbagai tingkatan struktur organisasi. Sedangkan sedangkan konflik fungsi kerja adalah konflik yang muncul karena suatu departemen kerja berinteraksi dengan departemen kerja lainnya, dimana antar departemen memiliki pemehaman yang berbeda untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Keberadaan konflik yang tidak bisa dihindari mengharuskan para manajer untuk bisa hidup bersama dengan konflik, memahaminya, mengendalikannya, dan memanfaatkannya untuk kepentingan organisasi.

Sondang P. Siagian (1982) menjelaskan kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar melaksanakan pekerjaan bersama menuju suatu tujuan tertentu. Dalam suatu organisasi pemimpin yang dibutuhkan adalah pemimpin yang bertanggung jawab, pemimpin yang bertanggung jawab tidak boleh memihak kepada siapapun pemimpin harus memilih sikap adil untuk memecahkan suatu masalah atau konflik . Sering sekali terjadi konflik dalam organisasi, disini tugas pemimpin sangat besar untuk memecahkannnya. Pemimpin juga berhak memilih anggota lainnya untuk membantu pemimpin dalam organisasi.

CONTOH KASUS:

Akuisisi BenQ terhadap Siemens. Pembelian sebagian besar saham Siemens oleh BenQ. Siemens merupakan sebuah produsen pronsel dari jerman ini didirikan pada 12 Oktober 1847 oler werner von siemens. Setelah sempat menjadi penguasa pasar eropa, kemudian pada tahun 2005 Siemens mengalami kerugian operasional sebesar US$ 170 juta, setelah pangsa pasarnya terus mengalami penurunan. Saat ini, Siemens hanya menguasai sekitar 5% pasar ponsel dunia, sangat jauh tertinggal dari Nokia yang menguasai 30% pasar. Kerugian yang didapat tersebut kemudian memaksa Siemenas menjual saham pada BenQ yang kemudian BenQ akan menggunakan merek Siemens dalam produknya selama lima tahun sebagai akibat dari perjanjian akuisisi tersebut. Perusahaan Taiwan tersebut juga akan melakukan take over terhadap 6.000 pekerja namun hanya sebagai karyawan kontrak. Kalangan analis pasar modal menilai, langkah Siemens untuk mengalihkan unit ponselnya ke BenQ melalui akuisisi yang dilakukan BenQ adalah yang terbaik daripada meningkatkan dana tunai untuk mempertahankan kestabilan bisnis. Dalam penutupan perdagangan di Bursa Efek Frankfurt kemarin, saham Siemens naik EUR 1.19 atau 1,94 persen menjadi EUR 62,40

PENYELESAIAN:

Dapat dilihat dari kasus diatas bahwa perusahaan Siemens mengalami kerugian operasional sebesar US$ 170 juta, setelah pangsa pasarnya terus mengalami penurunan. Kerugian yang didapat tersebut membuat pemimpin perusahaan kemudian menjual saham Siemens pada BenQ yang kemudian BenQ akan menggunakan merek Siemens dalam produknya selama lima tahun sebagai akibat dari perjanjian akuisisi tersebut. Dalam penutupan perdagangan di Bursa Efek Frankfurt kemarin, saham Siemens naik EUR 1.19 atau 1,94 persen menjadi EUR 62,40. Pemimpin perusahaan disini memperlihatkan bagaimana mereka dapat dengan tepat mencari solusi untuk permasalahan yang dihadapi perusahaanya dengan tetap bertanggung jawab atas segala resiko yang akan dihadapi kelak. Bergabungnya Siemens dan BenQ diharapkan akan menjadi batu loncatan dalam kesuksesan kedua belah pihak.

3. Praktek Dehumanisasi yang Biasanya Sering Muncul dalam Praktek-Praktek Manajemen.

Dehumanisasi manusia merupakan sebuah bentuk ekploitasi manusia dalam bentuknya yang beragam yang mengekang manusia dari kebebasan hakiki yang dimilikinya. Dehumanisasi ini terkadang diikuti dengan ketundukan manusia yang didehumanisasi dengan yang mengekploitasi dirinya. Realitas dehumanisasi terhadap pekerja berlangsung demikian lama, yang mengindikasikan kalau mereka (para pekerja) seperti menjalani kehidupan tanpa negara. Negara seolah sudah sekian lama pergi, sehingga membuatnya terjerumus dalam kesalahan menjatuhkan pilihan kerja, yang kesalahannya dijadikan “logika” dan dalih oleh para pihak untuk mengeksploitasi dan mendehumanisasikannya. Tindakan lainnya yang termasuk dehumanisasi pada pekerja yaitu prejudis, diskriminasi dan agresi.

CONTOH KASUS

  1. Merdeka.com –Yuki awalnya mengiming-imingi buruh dengan gaji Rp 1,5 juta per bulan serta fasilitas mess yang nyaman. Kenyataannya, 30 buruh disekap dalam kamar 3×4 meter. Tenaga mereka diperas bak budak. Jika ketahuan mau lari, para buruh pun dipukuli. Diduga ada anggota TNI dan Polri yang membekingi pabrik tersebut. Warga sekitar pabrik pun enggan melapor pada aparat.
    Terbongkarnya perbudakan itu berawal dari dua buruh asal Lampung yang telah bekerja selama empat bulan. Keduanya berhasil melarikan diri dari tempatnya bekerja. Alasannya karena mereka mengalami siksaan, perlakuan kasar, penyekapan dan tidak ada pemberian hak-hak buruh dari majikan selama bekerja.
    Dari hasil pengecekan, kemudian ditemui fakta lapangan serta membawa 25 buruh, lima mandor, pemilik usaha Yuki serta istrinya bersama Kades Desa Lebak Wangi ke Mapolres untuk dimintai keterangan. Tempat usaha industri itu tidak mempunyai Izin Industri dari Dinas Pemda Kabupaten Tangerang, namun hanya ada Surat Keterangan Usaha dari Kecamatan Cikupa. Padahal, lokasinya ada Kecamatan Sepatan. Lalu, kepolisian juga menemui tempat istirahat buruh berupa ruang tertutup ukuran 8 meter x 6 meter, tanpa ranjang tidur, hanya alas tikar, kondisi pengap, lembap, gelap. Fasilitas kamar mandi pun jorok dan tidak terawat. Tak hanya itu, sejumlah peralatan berupa ponsel, dompet, uang, dan pakaian yang dibawa buruh ketika awal bekerja disita oleh Yuki dan disimpan istrinya tanpa argumentasi yang jelas. Buruh juga tidak mendapatkan gaji selama dua bulan dengan besaran 600 ribu per bulannya. Polisi pun mendapatkan enam buruh disekap, dengan kondisi dikunci dari luar, pakaian yang digunakan cenderung kumal, tidak diganti berbulan-bulan, robek dan jorok. Kondisi badan buruh juga tidak terawat, rambut coklat, kelopak mata gelap, berpenyakit kulit seperti kurap dan gatal-gatal serta tampak tidak sehat.
  1. Merdeka.com –Polsek Metro Tanjung Duren menggerebek sebuah rumah yang dijadikan pabrik nuget di Jalan Tanjung Duren Selatan, Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Rumah itu digerebek karena mendapat laporan warga bahwa limbah pabrik itu telah mencemari lingkungan. Di saat melakukan penggerebekan, ternyata polisi menemukan banyak pekerja di bawah umur di rumah itu. Polisi menilai, pemilik pabrik itu menyalahi aturan soal ketenagakerjaan. Total ada 20 orang yang bekerja di rumah tersebut. Dari 20 orang itu, enam orang masih berusia di bawah 17 tahun. Tak hanya itu mereka juga tidur disatu kamar sampai 10 orang, tidurnya juga di lantai, ngegoler pakai alas tikar saja. Salah seorang pekerja Ijah (14), mengaku bekerja selama 12 jam. Menurut remaja yang baru bekerja selama 4 bulan itu, jam kerja dimulai pukul 08.00 WIB dan berakhir pukul 20.00 WIB dan hanya mendapat gaji sebesar Rp 450.00 perbulannya.

PELANGGARAN

  1. Pada contoh kasus di atas Yuki didakwa pasal berlapis oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) yakni Pasal 333 KUHP tentang Perampasan Hak Kemerdekaan warga Negara, Pasal 351 KUHP tentang Penganiayaan, Pasal 372 KUHP tentang Penggelapan, Pasal 24 UU 5/1984 tentang Perindustrian, Pasal 2 undang-undang No. 21/2007 tentang perdagangan orang, Pasal 88 No. 23/2002 tentang perlindungan anak di bawah umur. Tindakan dehumanisasi pada kasus ini termasuk dalam tindak dehumanisani tindakan diskriminasi dan agresi karena Yuki bersikap tidak adil kepada para pekerjanya, tidak memberikan kelayakan dalam bekerja dan mess yang seharusnya untuk beristirahat dan sering dilakukan tindakan penganiayaan, pemukulan kalau para pekerja terlihat ingin melarikan diri atau kurang dalam bekerja.
  2. Pada contoh kasus diatas, pemilik pabrik tersebut dapat didakwa pasal berlapis, yaitu Pasal 88 No. 23/2002 tentang perlindungan anak di bawah umur dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan. Kasus ini juga termasuk dalam tindak dehumanisasi dalam bentuk tindakan prejudis karena mempekerjakan anak dibawah umur dan tidak bersikap adil pada para pekerja tersebut dengan memperlakukan mereka tidak layak yang hanya diberi alas tidur tikar dan hanya diberi gaji Rp 450.00 rupiah.

referensi:

http://produktivitas.qacomm.com/blog/manajemen-konflik.html

Majalah Eksekutif Edisi Februari 1987

http://media.kompasiana.com/new-media/2014/09/30/konflik-perusahaan-682167.html

http://turc.or.id/news/?p=93

http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-juanita3.pdf

http://psikologi-pio.blogspot.com/2012/06/dampak-positif-konflik-dalam-organisasi.html

http://eprints.uny.ac.id/2565/5/ARTIKEL_KEPEMIMPINAN.pdf

http://media.kompasiana.com/new-media/2013/04/02/peran-pemimpinan-untuk-menghadapi-konflik-dalam-suatu-organisasi-547266.html

http://ghanie-np.blogspot.com/2009/05/memahami-konsep-tentang-konflik.html

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/03/konflik-kerja-definisi-jenis-dan_10.html

http://kusicerdas.blogspot.com/2013/05/contoh-akuisisi.html

http://www.merdeka.com/peristiwa/mimpi-buruk-perbudakan-buruh-di-pabrik-kuali-tangerang.html

http://www.merdeka.com/peristiwa/pabrik-nuget-di-tanjung-duren-pekerjakan-anak-di-bawah-umur.html

http://www.merdeka.com/peristiwa/pekerja-nugget-di-tanjung-duren-tidur-beralaskan-tikar.html

http://paschall-ab.blogspot.com/2013/02/kapitalisme-global-dan-dehumanisasi.html

https://jurnalalahkamstainpalopo.wordpress.com/2014/09/28/dehumanisasi-pekerja-dalam-kajian-hukum-islam-dan-ham/

Psikologi Manajemen Tugas 2

Psikologi manajemen tugas 2

1. Teori motivasi yang dianggap tepat untuk bisa menggerakan proses kerja karyawan dilakukan dengan penuh semangat. Uraikanlah teori-teori tersebut secara lengkap.

Banyak teori motivasi yang telah dikembangkan . dari teori-teori motivasi yang ada, ada yang lebih menekankan pada “apa” yang memotivasi tenaga kerja, yaitu teori motivasi isi, Berikut ini uraian lengkapnyaa

A. Teori Motivasi Isi

1. Teori Tata Tingkat Kebutuhan

Maslow berpendapat bahwa kondisi manusia berada dalam kondisi mengejar yang berkesinambung. Proses berkeinginan secara nonstop memotivasi kita sejak lahir sampai meninggal. Maslow kemudian mengajukan lima kelompok kebutuhan yang disusun secara tata tingkat, yaitu yang paling bawah adalah kebutuhan faali (fisiologikal), lalu kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan tingkat yang paling atas adalah kebutuhan aktualisasi diri.

  • Kebutuhan fisiologis.

Kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologikal tubuh kita. Seperti: oksigen, makanan. Minuman. Kebutuhan fisiogikal merupakan kebutuhan primer atau kebutuhan dasar, yang harus dipenuhi. Jika tidak dipenuhi, maka yang harus individu berhenti eksistensinya.

  • Kebutuhan rasa aman

Kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk dilindungi dari bahaya dan ancaman fisik. Dalam pekerjaan, kita jumpai kebutuhan ini dalam bentuk “rasa asing” sewaktu menjadi tenaga kerja baru.

  •  Kebutuhan sosial

Kebutuhan ini mencakup member dan menerima persahabatan, cinta kasih, rasa memiliki (belonging). Dalam pekerjaan kita jumpai kelompok informal yang merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan sosial seorang tenaga kerja.

  •  Kebutuhan harga diri

Kebutuhan harga diri meliputi dua jenis, yaitu:

1. Mencakup faktor internal,seperti:

Kebutuhan harga diri, kepercayaan diri, otonomi, dan kompetensi.

2. Mencakup faktor eksternal,seperti:

Kebutuhan untuk dikenali dan diakui dan status. Kebutuhan harga diri dapat terungkap dari keinginan pekerja yang ingin dipuji dan diakui prestasi kerjanya.

  •  Kebutuhan aktualisasi diri

Kebutuhan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dirasakan dimiliki. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk menjadi kreatif, kebutuhan untuk dapat merealisasikan potensinya secara penuh. Kebutuhan ini menekankan kebebasan dalam melaksanakan tugas pekerjaannya.

B. Teori Eksistensi- Relasi-Pertumbuhan

Teori motivasi ini yang dikenal sebagai teori ERGsebagai singkatan dari Existence, Relatedness, dan Growth needs dikembangkan oleh Alderfer, yang menurunkan hierarki kebutuhan maslow dari lima menjadi tiga tingkatan: Eksistensi (E), Relasi(R), dan perkembangan (G) dan karenanya disebut sebagai teori ERG. Sementara teori Maslow menyatakan bahwa tingkatan kebutuhan berikutnya timbul jika tingkat yang lebih dominan (kepuasan-kemajuan) sudah terpenuhii, teori Alderfer menambahkan proses Frustrasi-Regresi. Jika tingkat kebutuhan yang lebih tinggi menyebabkan frustrasi, individu akan mundur ke kepuasan tingkat yang lebih rendah.

  • Kebutuhan Eksistensi (existence needs)

Merupakan Kebutuhan yang dipuaskan oleh faktor-faktor seperti makanan, minuman, udara, kondisikerja, dan upah.

  • Kebutuhan Keterkaitan (relatedness needs)

Merupakan kebutuhan yang dipuaskan oleh faktor-faktor seperti hubungan antar pribadi yangbermanfaat serta hubungan sosial

  • Kebutuhan Pertumbuhan (growth needs),

Merupakan kebutuhan yang terpuaskan oleh faktor-faktor seperti sumbangan individu yang kreatif dan produktif.

C. Teori dua faktor

Teori dua faktor ini juga bisa disebut teori hygiene-motivasi dikembangkan oleh Herzberg. Faktor yang menimbulkan kepuasan kerja, yang Herzberg namakan faktor motivasi adalah faktor intrinsik, sedangkan, kelompok faktor yang menimbulkan ketidakpuasan, berkaitan dengan konteks dari pekerjaan, dengan faktor-faktor ekstrinsik dari pekerjaan. Yang merupakan faktor intrinsik dari pekerjaan yaitu:

  • Tanggung jawab (responsibility), besar kecilnya tanggung jawab yang dirasakan diberikan kepada seorang tenaga kerja.
  • Kemajuan (advancement), besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja dapat maju dalam pekerjaannya.
  • Pekerjaan itu sendiri, besar kecilnya tantangan yang dirasakan tenaga kerja dari pekerjaannya.
  • Capaian (achievement), besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja mencapai prestasi kerja yang tinggi.
  • Pengakuan (recognition), besar kecilnya pengakuan yang diberikan kepada tenaga kerja atas unjuk-kerjanya.

Jika faktor-faktor tersebut tidak (dirasakan) ada, tenaga kerja, menurut Herzberg, merasa not satisfied (tidak lagi puas), yang berbeda dari dissatisfied (tidak puas)

Kelompok faktor yang lain yang menimbulkan ketidakpuasan berkaitan dengan konteks dari pekerjaan, dengan faktor-faktor ekstrinsik dari pekerjaan, dan meliputi faktor-faktor:

  • Administrasi dan kebijakan perusahaan, derajat kesesuaian yang dirasakan tenaga kerja dari semua kebijakan dan peraturan yang berlaku dalam perusahaan.
  • Penyeliaan, derajat kewajaran penyeliaan yang dirasakan diterima oleh tenaga kerja.
  • Gaji, derajat kewajaran dari gaji yang diterima sebagai imbalan unjuk-kerjanya.
  • Hubungan antarpribadi, derajat kesesuaian yang dirasakan dalam berinteraksi dengan tenaga kerja lainnya.
  • Kondisi kerja, derajat kesesuaian kondisi kerja dengan proses pelaksanaan tugas pekerjaannya.

Faktor-faktor yang termasuk dalam kelompok faktor motivator cenderung merupakan faktor-faktor yang menimbulkan motivasi kerja yang lebih bersifat proaktif, sedangkan faktor-faktor yang termasuk dalam kelompok faktor hygiene cenderung menghasilkan motivasi kerja yang lebih reaktif. Dengan kata lain, faktor kepuasan kerja dinilai bisa meningkatkan motovasi kerja pada pekerjaan

D.Teori motivasi berprestasi ( achievement motivation)

Teori ini dikembangkan oleh David McClelland. Ia tidak hanya meneliti teori kebutuhan berprestasi (need for for achievement) tapi juga kebutuhan berkuasa (need for power) dan kebutuhan untuk berafialiasi/berhubungan (need for affiliation).

  • Kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement)

McClelland menemukan bahwa mereka dengan dorongan prestasi yang tinggi berbeda dari orang lain dalam keinginan kuat mereka untuk melakukan hal-hal dengan baik. Mereka mencari kesempatan-kesempatan dimana mereka memiliki tanggung jawab pribadi, akan memperoleh balikan dan tugas pekerjaannya memiliki risiko yang sedang (moderate).

  • Kebutuhan untuk berkuasa (need for power)

Keinginan yang kuat untuk mengendalikan orang lain, untuk mempengaruhi orang lain, dan untuk memiliki dampak terhadap orang lain.

  • Kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation)

Memiliki rasa ingin disukai dan diterima oleh orang lain. Lebih menyukai situasi-situasi kooperatif dari situasi kompetitif, dan sangat menginginkan hubungan yang melibatkan saling pengertian dalam derajat yang tinggi.

2. Jelaskan pola kepemimpinan Otokratik, Demokratik, dan Permisif. Buatlah uraian tentang situasi yang tepat untuk menerapkan pola kepemimpinan

Pola Kepemimpinan Otokratik

Gaya kepemimpinan Otokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung memusatkan kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat keputusan secara sepihak, dan membatasi inisiatif maupun daya pikir  tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat mereka. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.

Ciri-ciri:

  • Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin
  • Teknik dan langkah-langkah kegiatannya didikte oleh atasan setiap waktu, sehingga langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkatan yang luas
  • Pemimpin biasanya membagi tugas kerja bagian dan kerjasama setiap anggota
  • Pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan bawahan
  • Komunikasi hanya satu arah yaitu kebawah saja
  • Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya terhadap kerja setiap anggota
  • Pemimpin mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukan keahliannya.

Kelemahan

  • Perasaan takut dan ketegangan selalu terdapat pada orang-orang yang dipimpin karena selalu dibayangi oleh ancaman dan hukuman.
  • Akibat rasa takut maka orang yang dipimpin tidak berani mengambil inisiatif dan keputusan maka kreatif akan tidak pernah tersalurkan dan berkembang.
  • Timbul sikap apatis, menunggu perintah baru bekerja.
  • Kegiatan yang berlangsung adalah kegiatan teknis dan rutin, sifatnya statis karena mengulangi sesuatu ang dianggap sudah benar.

Pola Kepemimpinan Demokratik

Pemimpin ikut berbaur di tengah anggota – anggota kelompoknya. Hubungan pemimpin dengan anggota bukan sebagai majikan dengan bawahan, tetapi lebih seperti kakak dengan saudara saudaranya. Dalam tindakan dan usaha – usahanya ia selalu berpangkal kepada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan dan kemampuan kelompoknya. Dalam melaksanalan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran- saran dari kelompoknya. Ia mempunyai kepercayaan pula pada anggota – anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. Ia selalu berusaha membangun semangat anggota kelompok dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya dengan cara memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Di samping itu, ia juga memberi kesempatan kepada anggota kelompoknya agar mempunyai kecakapan memimpin dengan jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan tanggung jawabnya.

Kekurangan

Dari kepemimpinan demokratis adalah, karena di sini seorang pemimpin memberikan kesempatan dan hak yang seluas-luasnya kepada para stafnya, maka mereka  memiliki banyak sekali  pendapat yang berbeda,sehingga pemimpin sulit menentukan pendapat yang sesuai dengan anggota yang tidak menyetujui kesepakatan forum yang ada, maka terkadang terjadi suatu konflik atau perdebatan antara anggota forum dengan sehingga Proses pengambilan keputusan akan memakan waktu yang lebih banyakserta sulitnya pencapaian kesepakatan

Kelebihan

Gaya kepemimpinan demokratis dapat menampung aspirasi dan keinginan bawahan sehingga dapat menumbuhkan rasa memiliki terhadap organisasi pada umumnya dan pekerjaan pada khususnya. Kelemahan gaya kepemimpinan yang demokratis cenderung menghasilkan keputusan yang disukai daripada keputusan yang tepat

Pola Kepemimpinan Permisif

Gaya kepemimpinan ini mengutamakan kebersamaan dan kepuasan terhadap anggotanya. Apabila kepuasan telah tercipta maka akan menyebabkan suasana yang kondusif pada lingkungan kerjanya. Dalam pola ini di sini keinginannya adalah membuat setiap orang dalam kelompok tersebut puas. Membuat orang-orang tetap senang adalah aturan mainnya. Gaya ini menganggap bahwa bila orang-orang merasa puas dengan diri mereka sendiri dan orang lain, maka organisasi tersebut akan berfungsi dan dengan demikian, pekerjaan akan bisa diselesaikan. Koordinasi sering dikorbankan dalam gaya ini.

Ciri-ciri

  • Tidak ada pegangan yang kuat dan kepercayaan rendah pada diri sendiri
  • Mengiyakan semua saran
  • Lambat dalam membuat keputusan
  • Banyak mengambil muka kepada bawahan
  • Ramah dan tidak menyakiti bawahan

Daftar Pustaka

Munandar, Ashar Sunyoto. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI-Press

Husna, Asmara. (1985). Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia

Grede, R. (2008). 5 Strategi ampuh berbisnis. Yogyakarta: Mizan Media       Utama
Tunggal, A.W. (2014). Manajemen; teori, ilmu dan praktik. Jakarta:      Harvarindo

Psikologi Manajemen

Tugas 1 Psikologi Manajemen

I. Unsur psikologis yang dibutuhkan untuk melakukan Planning, Organizing, Actuating dan Controlling:

  • Unsur kognitif ( kemampuan berfikir)

–   Daya tangkap kognitif untuk memahami tugas (baik melalui informasi kalimat,  simbol ataupun angka)

–  Daya berfikir yang konseptual untuk (membangun konsep berfikir yang menyeluruh dan sistematis)

–   Daya analisis berfikir( menciptakan hasil pemikiran yang tepat untuk selesaikan masalah).

  • Unsur sikap kerja ( kemampuan menanggapi tuntutan kerja)

– Ketahanan terhadap tekanan ( daya tahan stress)

– Cara kerja yang cepaqt untuk selesaikan pekerjaan

– Kemauan untuk mencapai prestasi kerja yang memuaskan

– Ketelitian dalam melakukan pekerjaan

  • Unsur kepribadian ( kemampuan mengelola diri pribadi)

– Daya penyesuasian diri (adaptasi) Kemampuan menjalin interaksi dan hubungan baik

– Kemauan untuk bekerja sama

– Kemauan untuk memimpin

II. Perilaku yang bisa digunakan untuk melakukan Planning, Organizing, Actuating dan Controlling:

  • Planning:

–  Menentukan target-target perusahaan

–  Menentukan penyusunan anggaran belanja

–  Penetapan tujuan atau serangkai tujuan

–  Merumuskan keadaan saat ini

–  Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan

–  Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan

–  Perilaku yang bisa mengarahkan proses kognitifnya untuk menangkap arahan dan  instruksi kerja.

–  Membuat konsep berfikir yang logis dan juga kognitif yang bisa dilibatkan untuk menyelesaikan masalah pekerjaan

  • Organizing

– Pembagian tugas yang dimaksud adalah penyesuaian tugas pekerjaan agar setiap petugas dalam organisasi   bertanggung jawab melaksanakan sekumpulan kegiatan yang terbatas.

– Staffing sangat penting dalam pengorganisasian. Dengan penempatan orang yang tepat pada tempat yang tepat dalam organisasi, maka kelangsungan aktivitas organisasi tersebut akan terjamin. Fungsi pemimpin disini adalah mampu menempatkan the right man in the right place.

– perlu juga mengkoordinasikan dan memadukan seluruh potensi SDM tersebut agar bekerja secara sinergis untuk mencapai tujuan organisasi.

– Menjelaskan keseluruh staff tentang tujuan organisasi yang harus dicapai

– Mendudukan orang-orang yang berkompetensi pada posisi tepat. Dan jangan sampai ada posisi strategis yang kosong, karena akan berpengaruh pada keseluruan pencapaian organisasi

– Menentukan cara kerja dan evaluasi para staff, serta punishment dan reward yang diterima. Selain itu juga menjelaskan tentang garis koordinasi dan sinergitas dalam organisasi, sehingga seluruh posisi dipadukan untuk menuju tujuan organisasi

-Berani untuk mendelegasikan wewenang sesuai dengan tugas dan fungsi tiap-tiap staff

  • Actuating

– Memberikan motivasi agar muncul rasa yakin dan mampu melakukan suatu  pekerjaan,

– Percaya bahwa pekerjaan telah menambahkan nilai untuk diri mereka sendiri,

– Tidak terbebani oleh masalah pribadi atau tugas lain yang lebih penting atau mendesak,

– Hubungan harmonis antar rekan kerja.

– Pengarahan dan Bimbingan

– Mengambil keputusan

– Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara pemimpin dan bawahan.

– Memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak.

– Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya secara tepa

– Memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan.

  • Controlling

– Menentukan standar yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian,

– Mengukur pelaksanaan atau hasil yang sudah dicapai dengan melaksanakan evaluasi terhadap kinerja serta kompetensi SDM yang dimiliki,

– Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar.

– Melakukan tindakan perbaikan.

– Meninjau dan menganalisis ulang rencana.

III. Sistem manajemen pada PT Yakult Indonesia Persada:

Manajemen Sumberdaya Strategi

Sumber daya strategi mengacu pada serangkaian tindakan spesifik manajemen Sumberdaya Manusia yang didorong oleh perusahaan untuk mencapai tujuan. Oleh karenanya salah satu tujuan strategi Perusahaan Yakult adalah untuk menjadi meraih profit dan benefit perusahaan dengan menjadi pelopor probiotik minuman sehat untuk keluarga dengan mengoptimumkan untuk pemeliharaan usus, melalui tenaga kerja dan karyawan yang memiliki komitmen terhadap perusahaan dan lingkungan.

Manajemen Energi

Yakult memiliki komitmen untuk menggunakan energi secara efisien dan bijaksana untuk alasan lingkungan dan ekonomi yang sehat. pabrik tersebut mencakup peralatan terbaru dan teknik untuk mengurangi jumlah energi yang digunakan.

Manajemen sistem pemasaran

PT Yakult Indonesia Persada mempunyai 2 sistem pemasaran yang dilakukan guna menarik konsumen, yaitu:

  1. Sistem Direct Sales

Sistem ini digunakan untuk mendistribusikan Yakult ke toko-toko, supermarket, koperasi, kantin dan lain-lain.

  1. Sistem Yakult Lady

Melalui sistem ini Yakult didistribusikan oleh ibu – ibu rumah tangga kepada masyarakat di lingkungan tempat tinggal mereka. Ketika melayani masyarakat, Yakult Lady juga melakukan propaganda yang berisi tentang penjelasan mengenai manfaat Yakult.

Menajemen Perencanaan  Sumber Daya Manusia

Salah satu rencana yang diterapkan oleh PT Yakult Indonesia Persada adalah “Mendorong kualitas kewaspadaan karyawan melalui penyaringan dan pelatihan yang ditingkatkan”. Hal ini terbukti dengan adanya penyaringan terhadap sumber daya karyawan yang bekerja di perusahaan ini.

Pengarahan terhadap Penanganan Limbah Pabrik PT Yakult Indonesia

Penanganan limbah didasari pada asas manfaat. Manfaat supaya tidak menjadikan masalah serta manfaat limbah yang dijadikan sebagai bahan baku industri. Hal ini yang diterapkan olehindustri PT Yakult Indonesia Persada.

Penanganan limbah di PT YAKULT INDONESIA PERSADA berupa limbah padatan dan limbah cairan.

  1. Limbah Padatan

Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan,lumpur, bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan.

  1. Limbah Cairan

Limbah cair adalah limbah hasil pencucian mesin atau sisa pencucian bahan atau kemasan.

nama: Adilla Prima Insani

npm: 10512197

kelas: 3pa09